TAUBATNYA PELACUR KELAS KAKAP

TAUBATNYA PELACUR KELAS KAKAP




Menjual barang dagangan sebagai profesi hidup itu sangat baik, bahkan amat dianjurkan oleh agama. Bagaimana jika ia menjual diri? Profesi pelacur alias menjual diri jelas sangat tidak boleh dan diharamkan oleh Allah. Dengan dalih apapun, profesi haram ini tidak boleh dilakoni. Tidak saja merupakan aib bagi masyarakat tapi juga dilaknat oleh Allah. Kecuali ia bertaubat dan bersungguh-sungguh untuk tidak kembali lagi kepada jalan yang salah, Allah pasti akan mengampuninya.

Kisah berikut ini salah satu contohnya. Ia adalah seorang pelacur kelas kakap pada masanya. Mulai dari kalangan biasa hingga pejabat pernah menjadi langganannya. Kemudian ia bertaubat dan menginsyafi segala perbuatannya setelah bertemu dengan seorang tentara yang saleh dan baik hati. Kini, ia menghabiskan sisa hidupnya dengan banyak mengikuti pengajian dari satu mushala ke mushala lain. Subhanallah!

Sebut saja namanya Intan. Sebagai seorang perempuan ia sebenarnya sangat beruntung. Wajahnya cantik dengan tubuh semampai dan berkulit kuning langsat. Di antara tiga saudaranya yang perempuan dari lima bersaudara, ia termasuk anak yang paling cantik. Ia pun menjadi kejaran banyak lelaki mulai dari mengajaknya kencan, iseng-iseng saja hingga menikah.

Salah satu lelaki yang beruntung mendapatkan Intan adalah Anto. Sebagai lelaki, Anto sebenarnya tidak memiliki keistimewaan apapun, selain hanya wajah lumayan ganteng, badan tinggi dan kekar serta kulit yang agak kuning. Selebihnya, dia tidak memiliki kelebihan apapun untuk bisa dibanggakan. Sekolah saja hanya lulusan SD.

Entahlah, rayuan apa yang dikeluarkan oleh Anto kala itu sehingga bisa menaklukkan hati Intan. Padahal, pada saat yang bersamaan, ada laki-laki lain yang sebenarnya lebih mapan dan berpendidikan hendak meminangnya. Mungkin begitulah jodoh!

Intan akhirnya menikah dengan Anto. Bulan-bulan pertama pernikahan, mereka begitu bahagia hingga mereka memiliki anak yang gemuk, sehat dan kulitnya kuning seperti ibunya. Dari ronanya, anak yang kemudian diberi nama Zaenab tersebut sepertinya hendak mewarisi kecantikan ibunya.

Intan dan Anto melalui hari-harinya pun dengan sangat bahagia, hingga kemudian persoalan penting muncul. Anto yang sejak awal menikahi Intan berjanji akan menjadi suami yang baik mulai berubah. Ia mulai suka keluar malam dan bergaul dengan teman-teman yang tidak baik. Itu tidak menjadi persoalan jika Anto adalah lelaki yang bertanggung jawab. Anto adalah suami yang pengangguran.

Sebelum punya anak, Intan masih memakluminya jika suaminya belum bekerja. Sebab, mencari pekerjaan itu tidak gampang. Tapi, sang bayi telah lahir dan itu membutuhkan asupan makanan yang lebih banyak untuk menunjang keluarga mereka termasuk susu buat bayi dan sebagainya. Rupanya Anto tidak mengerti akan hal ini. Ia malah lebih senang berada di luar, hingga ia terjebak dalam pesta mabuk-mabukan bersama teman-temannya.

Pada puncaknya, Intan tidak tahan lagi tepatnya saat Zaenab berusia tiga tahun. Kehadiran suami tidak membawa berkah apapun –malah menyusahkan dan merepotkan. Sebab, sudah tidak bertanggung jawab tapi kebutuhannya masih ingin dipenuhi seperti menyucikan pakaiannya, memenuhi hasrat seksnya dan sebagainya.

Intan akhirnya bercerai dengan Anto dengan sebuah perpisahan yang tidak mengenakkan alias tidak baik. Zaenab ikut pada ibunya, sementara Anto hidup sendiri dan kembali pada orang tuanya.

Sejak bercerai, kehidupan Intan tidak berangsur baik. Salah satu kelemahan Intan adalah ia tidak terdidik dalam sebuah keluarga yang taat beragama. Ia memang beragama Islam, tapi dalam keluarganya shalat seperti sebuah aktivitas yang asing mereka lakukan.

Dalam kondisi seperti itu, Intan dituntut oleh keadaan yang mengharuskan dirinya punya uang untuk menghidupi anak semata wayangnya, Zaenab. Keadaan ini pun dimanfaatkan oleh makhluk paling durjana di muka bumi yaitu setan. Rayuan setan berhasil merasuk ke dalam otaknya.

Intan bertemu dengan seseorang yang kemudian menawarkannya pekerjaan gampang, nikmat, mendatangkan uang banyak tapi dilaknat Tuhan yaitu pelacur. Awalnya, Intan tentu saja menolak. Tapi, setan terus merayunya. Akhirnya, dorongan ekonomi yang awut-awutan membuatnya terpaksa menentukan pilihan terpahit dalam hidupnya yaitu menjadi pelacur.

Awal-awal menjalani profesinya, Intan masih ogah-ogahan. Tapi, setelah ia sudah kenal uang banyak dari pelanggan yang menikmati tubuhnya yang aduhai, ia pun mulai menikmati profesinya itu. Masa gelap telah berlalu, saatnya tiba hari yang terang benderang bagai bintang gumintang bergantung di angkasa pada malam hari.

Dengan kecantikan memesona setiap lelaki manapun, petualangan cinta terlarang Intan semakin luas saja. Awalnya, lelaki biasa berkantong tipis yang datang, tapi lama-kelamaan pejabat juga kepincut olehnya. “Dalam pengakuannya ada salah satu pelanggannya yang merupakan seorang pejabat,” ujar Kholik, yang merupakan tetangga Intan itu.

Intan semakin terkenal saja sebagai pelacur kelas kakap. Petualangannya pun tidak lagi di tempat-tempat murahan tapi hotel berbintang dan tempat-tempat mewah. Uang pun semakin banyak masuk ke kantongnya. Meski begitu, Intan masih senang hidup ngekos. Ia berpisah dengan saudara-saudaranya karena mereka juga mulai membenci dirinya yang berpofesi sebagai pelacur.

Kost Intan berada di Jl. Lima. Suatu kali Jl. Lima kedatangan seorang tentara yang dapat tugas dari pemerintah di daerah itu dan sekitarnya. Ia ngekost persis di depan kost Intan. Jl. Lima memang berdiri banyak kost. Maklum, daerah di situ merupakan kawasan wisata sehingga bisnis kost-kostan ini termasuk menggiurkan.

Kost Intan dan kost tentara itu hanya dibatasi oleh jalan lima itu sendiri. Intan pergi bekerja setiap jam 18.00 WIB, sedang tentara yang ternyata bernama Halim itu selalu pulang dari tugasnya jam 18.00. Jadi, saat Intan pergi Halim pulang. Mereka pun kerapkali berpapasan di Jl. Lima tersebut.

Sebagai seorang lelaki, wajah Halim sebenarnya tidak terlalu jelek. Kulitnya sawo matang khas warna kulit melayu dan tubuhnya lumayan kekar. Tapi, kelebihan Halim sebagai lelaki adalah ia anak yang saleh. Shalatnya rajin dan berasal dari keluarga yang taat beragama. Meski kedua orang tuanya bukan kiayi atau ustadz, tapi mereka sudah berhaji. Jadi, agama benar-benar tertanam dalam keluarga Halim.

Halim termasuk orang yang murah senyum. Ia juga tidak arogan, meski dirinya seorang tentara. Setiap kali bertemu dengan orang ia selalu menyapanya dan tersenyum. Begitu juga saat pertama kali bertemu dengan Intan. Ia menundukkan tubuhnya sambil tersenyum, meski mereka tidak saling kenal. Intan pun demikian. Ia membalasnya layaknya orang yang sedang disapa.

Begitulah hari-hari seterusnya. Mereka seringkali berpapasan saat Halim pulang dari kerjanya dan Intan pergi untuk menjual diri. Makin lama Halim penasaran dengan ulah Intan yang seringkali pergi saat adzan Maghrib bergema. Awalnya ia menyadari mungkin Intan sedang datang bulan, tapi hal itu berkali-kali ia melihatnya. Penasaran ingin tahu lebih banyak tentang sosok Intan pun tertanam dalam pikiran Halim. Apalagi ditambah wajah Intan yang cantik, membuat Halim penasaran ingin mengetahui sosok perempuan itu lebih jauh.

Intan sendiri sebenarnya mulai penasaran dengan sosok tentara itu. Setiap kali bertemu, lelaki itu sopan sekali dan selalu mengumbar senyum kepadanya. Senyumnya yang manis begitu menggodanya. Dalam hatinya pun sebenarnya ingin berkenalan dengan Halim. Tetapi, merasa kelasnya sudah tinggi sebagai pelacur ia pun gengsi. “Jika ia butuh, nanti juga datang.” Begitu pikir Intan saat itu.

Betul saja, Halim akhirnya bertandang ke kost Intan di suatu siang hari –kebetulan Halim sedang tidak bertugas dan Intan sendiri kalau siang ada di rumah. Intan pun merasa menang ketika melihat Halim datang bertamu ke kostnya.

Mereka pun ngobrol dengan bebas. Halim memperkenalkan dirinya, begitu pun Intan. Pertemuan pertama di kost Intan itu dilalui Halim dengan lancar. Ia pun mulai tahu siapa Intan. Di mata Halim, Intan adalah sosok gadis yang lembut, tidak nakal, dan sopan.

Halim rupanya tertipu oleh penampilan anggun Intan saat itu. Ia tidak sadar bahwa ia sebenarnya sedang berhadapan dengan seorang pelacur kelas kakap yang suatu saat bisa saja menyantapnya habis-habisan.

Pertemuan pertama di kost Intan itu pun sangat membekas di hati Halim. Hal ini membuatnya ketagihan. Saat ia tidak ada tugas, ia pun menyempatkan diri bertamu ke kost Intan. Intan sendiri menyambutnya dengan hangat. Sebab, dalam hati Intan sendiri sebenarnya sudah menaruh rasa kagum sama Halim. Gagah, sopan, murah senyum, dan baik hati. Setiap perempuan pasti suka kepadanya.

Suatu ketika Halim bertamu kembali. Entahlah, ini pertemuan yang ke berapa. Rupanya, pada pertemuan kali ini Halim ingin mengutarakan sesuatu. Jika tidak, itu akan membuat hatinya tersiksa.

“Tan. Aku sudah mengenalmu cukup jauh meski baru beberapa kali bertemu. Aku suka padamu. Aku cinta pada-Mu, Tan.” Ujar Halim blak-blakan penuh keberanian.

Mendengar ucapan cinta yang spontan dari Halim, Intan pun kaget. “Kamu belum tahu lebih banyak tentang saya. Kamu pasti menyesal nanti.” Ujar Intan yang mulai b erusaha terus terang.

“Bagi saya itu sudah cukup.” Jawab Halim.

Merasa tidak ingin menipu Halim, Intan pun berterus terang kalau dirinya sebenarnya seorang pelacur. Telah banyak lelaki yang masuk dalam perangkap kecantikannya. Selama ini dirinya tidak terlalu serius menanggapi Halim –meski dalam hatinya juga kagum, itu karena profesinya yang seorang pelacur.

Halim sangat kaget dan nyaris tidak percaya. Apalagi, setelah ia tahu bahwa Intan juga sudah punya anak yang kini bersama kedua orang tuanya di rumah.

Usai mendengar kejujuran Intan, Halim pun minta pamit. Ia kembali ke kostnya. Semalaman ia tidak bisa tidur memikirkan Intan. Ia menyesali nasib yang digariskan Tuhan untuk Intan. Kenapa orang secantik Intan harus menjadi seorang pelacur? Apa sebabnya? Kenapa pula ia harus ditakdirkan bertemu dengan perempuan kotor seperti dia?

Halim benar-benar tersiksa batinnya. Ia pun bangkit dari duduknya dan mengambil air wudhu. Di atas sajadah ia mengumandangkan takbiratul ihram dan bersedekap. Rupanya ia sedang menunaikan shalat istikharah untuk mendapatkan jawaban rasa gelisah yang menerpanya begitu kuat.

Berhari-hari ia melakukannya, hingga kemudian ia mendapatkan sebuah jawaban yang baginya itu adalah yang paling benar –meski keluarganya mungkin akan menolaknya. “Halim sudah terlanjur kepincut dan jatuh hati kepada Intan. Ia ingin menikahi perempuan itu,” ujar Kholik.

Halim segera bangkit dari lamunannya. Shalat istikharah membuatnya memiliki satu jawaban pasti untuk segera menyelamatkan Intan dari jalan yang salah. Kini, ia tidak lagi mengejar kecantikan Intan untuk dijadikan istri, tapi lebih pada persoalan dakwah Islam. Menikahi Intan sama saja dirinya sedang berdakwah, mengajak orang kembali kepada jalan yang diridhai Allah.

Suatu kali Halim datang kembali ke kost Intan dan menyatakan kesungguhannya untuk menikahinya. Tapi, Intan tidak langsung menjawab. Ia meminta waktu untuk berpikir dan merenung. Jika saat itu tiba, ia pasti akan mendatangi kost Halim dan memberikan jawabannya.

Benar saja. Intan lalu mendatangi kost Halim pada malam hari. Malam itu sengaja ia tidak bekerja demi seorang tentara yang telah mengusik hatinya beberapa hari ini. Melihat Intan datang, Halim kaget. Di depan Halim, Intan pun menanyakan kembali keseriusan Halim untuk menikahinya, “Kamu yakin ingin menikahi saya dan mau menerima saya apa adanya.”

“Yakin, Tan.”

“Saya minta syarat. Jika kelak kita berumah tangga, kamu jangan mengungkit-ungkit masa lalu saya.”

Halim setuju dengan syarat yang diajukan Intan. Mereka pun akhirnya menikah. Sejak itu, Intan meninggalkan profesinya yang sebenarnya sedang berada di puncak dan mendatangkan uang banyak. Ia lebih memilih Halim, seorang tentara baik hati dan saleh yang telah menaklukkan hatinya. Padahal, sebelumnya sudah banyak lelaki yang serius ingin menikahi Intan meski ia seorang pelacur. Tetapi, Intan selalu menolaknya. Pada seorang tentara bernama Halim ini, ia melabuhkan cinta terakhirnya dalam sebuah mahligai pernikahan yang indah.
Masya Allah!

Halim tampak bahagia usai menikahi Intan. Tugasnya untuk menyelamatkan Intan dari jalan yang salah akhirnya berhasil. Pertentangan dari keluarga Halim seperti diduga sebelumnya ternyata tidak ada. H. Ismail dan Hj. Aisyah, orang tua Halim, menyadari keinginan Halim untuk menikahi Intan karena sebuah tugas yang mulia itu. Mereka pun meridhai pernikahan anaknya dengan seorang pelacur itu.

Kini, Intan menjadi istri yang bertanggung jawab. Halim sendiri sekarang telah pensiun dan menjadi purnawirawan. Perkawinan Halim dan Intan tidak dikaruniai anak hingga sekarang. Zaenab sendiri sudah besar dan sedang kuliah di sebuah universitas swasta terkenal di luar Jawa.

Perubahan yang paling kental dari Intan setelah dinikahi Halim adalah ia suka pergi dari satu mushala ke mushala lain di kampungnya untuk mengikuti pengajian. Kesungguhan Intan untuk bertaubat ini diamini oleh banyak warga. Halim tidak saja berhasil membawa Intan dari jalan yang salah tapi juga telah sukses menanamkan benih-benih agama yang baik pada Intan.
Mereka benar-benar telah menjadi keluarga bahagia, apalagi Zaenab kini telah menjadi seorang mahasiswi yang berprestasi dan berkali-kali mendapatkan beasiswa dari kampusnya. Sebuah akhir hidup yang manis dan enak untuk dikenang.

Demikian kisah tentang seorang pelacur kelas kakap yang mendadak insyaf dan meninggalkan pekerjaannya setelah bertemu dan diajak menikah oleh tentara yang saleh dan bertanggung jawab. Semoga kita bisa belajar dari kisah ini! Amien

Kisah Istri Sholihah Yang Dimadu (Menakjubkan)

Kisah Istri Sholihah Yang Dimadu (Menakjubkan)





Gadis itupun berkata, “Kedatanganku bukan untuk membeli apapun. Selama beberapa hari ini aku keluar masuk pasar untuk mencari seorang pria yang menarik hatiku dan bersedia menikah denganku. Dan engkau telah membuatku tertarik. Aku memiliki harta. Apakah engkau mau menikah denganku?”

Laki-laki itu berkata, “Aku telah menikahi sepupuku, dialah istriku. Aku telah berjanji kepadanya untuk tidak membuatnya cemburu dan aku juga telah mempunyai seorang anak darinya.”

Wanita itu mengatakan, “Aku rela jika engkau hanya mendatangiku dua kali dalam seminggu.” Akhirnya laki-laki itupun setuju lalu bangkit bersamanya. Akad nikah pun dilakukan. Kemudian dia pergi menuju rumah gadis tersebut dan berhubungan dengannya.

Setelah itu, si pedagang kain pulang ke rumahnya lalu berkata kepada istrinya, “Ada teman yang memintaku tinggal semalam di rumahnya.” Dia pun pergi dan bermalam bersama istri barunya.

Setiap hari setelah zhuhur dia mengunjungi istri barunya. Hal ini berlangsung selama delapan bulan, hingga akhirnya istrinya yang pertama mulai merasa aneh dengan keadaannya. Dia berkata kepada pembantunya, “Jika suamiku keluar, perhatikanlah ke mana dia pergi.”

Si pembantu pun membuntuti suami majikannya pergi ke toko, namun ketika tiba waktu zhuhur dia pergi lagi. Si pembantu terus membuntuti tanpa diketahui hingga tibalah suami majikannya itu di rumah istri yang baru. Pembantu itu mendatangi tetangga-tetangga sekitar dan bertanya, “Rumah siapakah ini?” Mereka menjawab, “Rumah milik seorang wanita yang telah menikah dengan seorang penjual kain.”

Pembantu itu segera pulang menemui majikannya lalu menceritakan hal tersebut. Majikannya berpesan, “Hati-hati, jangan sampai ada seorang pun yang lain mengetahui hal ini.” Dan istri lama si pedagang kain juga tetap bersikap seperti biasa terhadap suaminya.

Si pedagang kain menjalani kehidupan bersama istrinya yang baru selama satu tahun. Lalu dia jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia dengan meninggalkan warisan sebanyak delapan ribu dinar. Maka istri yang pertama membagi harta warisan yang berhak diterima oleh putranya, yaitu tujuh ribu dinar. Sementara sisanya yang berjumlah seribu dinar ia bagi menjadi dua. Satu bagian ia letakkan di dalam kantong, kemudian ia berkata kepada pembantunya, “Ambillah kantong ini dan pergilah ke rumah wanita itu. Beritahukan kepadanya bahwa suaminya telah meninggal dengan mewariskan uang sebesar delapan rib dinar. Putranya telah mengambil tujuh ribu dinar yang menjadi haknya, dan sisanya seribu dinar aku bagi denganmu, masing-masing memperoleh setengah. Inilah bagian untukmu. Dan sampaikan salamku juga untuknya.”

Si pembantu pun pergi ke rumah istri kedua si pedagang kain, kemudian mengetuk pintu. Setelah masuk, disampaikannyalah berita tentang kematian si pedagang kain, dan pesan dari istri pertamanya. Wanita itupun menangis, lalu membuka kotak miliknya dan mengeluarkan secarik kertas seraya berkata kepada si pembantu, “Kembalilah kepada majikanmu dan sampaikan salamku untuknya. Beritahukan kepadanya bahwa suaminya telah menceraikanku dan telah menulis surat cerai untukku. Maka kembalikanlah harta ini kepadanya karena sesungguhnya aku tidak berhak mendapatkan harta warisannya sedikitpun.” (Shifatus Shofwah, 2/532)

Subhanallah…….

Dinukil dari: Majalah Akhwat Shalihah vol. 16/1433 H/2012, dalam artikel “Mutiara Berkilau para Wanita Shalihah” oleh Syaikh Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim hafizhahullah, hal. 68-6
9

KISAH SEORANG WANITA KETIKA MANDIKAN MAYAT PELACUR

 Pada zaman Imam Malik, terdapat seorang wanita yang buruk akhlaknya. Dia selalu tidur bersama lelaki dan tidak pernah menolak ajakan lelaki (pelacur). Tiba pada hari kematiannya, ketika mayatnya dimandikan oleh seorang wanita yang kerjanya memandikan mayat, tiba-tiba tangan si pemandi mayat itu terlekat pada batang tubuh jenazah wanita itu.
Picture 1126 (1)
Semua penduduk dan ulama’ gempar akan hal itu.Mana tidaknya, tangan si pemandi mayat terlekat sehingga semua orang di situ mati akal untuk melepaskan tangannya dari mayat wanita terbabit.
Terdapat berbagai cadangan dan pandangan untuk menyelesaikan masalah itu. Akhirnya ada 2 pandangan yang dirasakan sesuai tetapi berat untuk dijalankan.
Pertama, memotong tangan wanita pemandi mayat dan yang kedua pula tanam/kebumikan kedua-duanya iaitu pemandi mayat dan jenazah itu sekali gus.
Oleh kerana kedua-dua cadangan tersebut masih lagi kurang sesuai, salah seorang dari mereka mereka memutuskan untuk meminta pendapat daripada Imam Malik.
Imam Malik bukan calang-calang orang yang memberi fatwa. Apabila Imam Malik sampai dan melihat apa yang berlaku, Imam Malik bertanya kepada wanita pemandi mayat itu :
“Apakah kamu lakukan atau berkata apa-apa kepada si mati semasa memandikannya”?
Perempuan memandikan mayat tersebut bersungguh-sungguh menjawab bahawa dirinya tidak berbuat atau tidak berkata apa-apa pun ketika menguruskan jenazah.
Selepas diasak dengan berbagai pertanyaan dan takut tangannya akan dipotong atau ditanam sekali dengan mayat, akhirnya wanita pemandi mayat itu berkata bahawa dia ada berkata :
“Berapa kalilah tubuh ini telah melakukan zina sambil menampar-menampar dan memukul-mukul berkali pada batang tubuh si mati”.
Imam Malik berkata : “Kamu telah menjatuhkan Qazaf (tuduhan zina) pada wanita tersebut sedangkan kamu tidak mendatangkan 4 orang saksi. Dalam situasi begini, di mana kamu nak cari saksi? Maka kamu harus dijatuhkan hukuman hudud 80 kali sebatan kerana membuat pertuduhan zina tanpa mendatangkan 4 saksi.”
Semasa wanita pemandi mayat itu dikenakan hukuman, bila tiba sebatan yang ke 80, maka dengan kuasa Allah SWT, terlepaslah tangannya dari mayat tersebut.
PENGAJARAN :
Jaga lidah jangan sebarkan fitnah. Jangan bersangka buruk dengan kuasa Allah Taala. Kalau kita tahu dia itu seorang pelacur sekalipun, tapi kalau kita tak pernah lihat perbuatan maka kita dilarang menuduhnya berzina. Diharap kisah Imam Malik dan Pemandi Mayat ini dijadikan sebagai tauladan dan ikhtibar. Kerana itu ingatlah, apabila kita membantu menyebar sesuatu perkara buruk dalam masyarakat,negeri atau negara, yang mana kita tidak menyaksi dan tiada saksi, maka tunggulah suatu hari, kita akan menerima balasannya, walaupun peristiwa berlaku. Berhati-hatilah semua dan jangan terjerat dengan jarum-jarum kejahatan.

Abu Raziq Al-Ansorullah

"Kisah Seorang Pelacur Yang Masuk Surga karena Menolong Anjing"


"Kisah Seorang Pelacur Yang Masuk Surga karena Menolong Anjing"

Karena sifat murah hatinya kepada binatang seorang wanita yang selama hidupnya melacurkan diri akhirnya masuk syurga. Kisah ini hendaknya menjadi teladan bagi kita semua agar jangan pernah putus asa, mengharap kasih sayang dan ampunan Allah SWT.
Pada zaman kenabian isa as, banyak terjadi kerusakan karena ulah kaisar romawi yang zalim. Kelaparan dan kemiskinan merajalela di negeri palestina. Berbagai cara dilakukan oleh rakyat terutama para kaum miskin untuk melawan kelaparan dan kemiskinan itu.
Seorang ibu terpaksa menjual anaknya seperti menjual pisang goreng. Perampokan, Pembunuhan, Penganiyaan tak kenal peri kemanusiaan lagi. Sementara ketika nabi isa menyampaikan dakwahnya kepada rakyat, tentara romawi selalu mengejar-ngejar Beliau.
Sesekali nabi isa mengumpulkan para orang miskin itu, dan membagi-bagikan roti dan gandum kepada mereka. Namun tak urung para tentara romawi terus menggusur dan menganiaya mereka.
Kehidupan rakyat sudah benar-benar tak menentu. Laki-laki banyak sekali yang meninggalkan rumah dan keluarga mereka, entah pergi kemana. Pelacuran Tumbuh dimana-mana, setiap orang harus mempertahankan dirinya dari serangan lapar.
Awal Kisah Seorang Pelacur yang Masuk Surga
Suatu ketika terlihat seorang perempuan muda berjalan serseok-seok seolah menahan rasa letih. Sudah terlalu jauh ia menyusuri sepanjang jalan, untuk mencari sesuap nasi.
Menawarkan diri kepada siapa saja yang mau, meski dengan harga yang murah, perempuan muda itu terlihat terlalu tua dibandingkan dengan usia sebenarnya. Wajahnya Kuyu di guyur penderitaan panjang.
Ia tidak memiliki keluarga, kerabat, ataupun sanak saudara lainya. Orang-orang sekelilingnya menjauhinya. Bila bertemu dengan perempuan tersebut mereka melengos menjauhinya karena jijik melihatnya.
Namun perempuan itu tidak peduli, karena pengalaman dan penderitaan mengajarinya untuk bisa tabah. Segala ejekan dan cacimaki manusia diabaikanya. Ia berjalan Dan Berjalan, seolah tiada pemberhentianya.
Ia tak pernah yakin, perjalananya akan berakhir. Tapi ia terus berusaha melenggak-lenggok untuk menawarkan diri. Namun sepanjang itu Sunyi saja, sementara panas masih terus membakar dirinya.
Entah sudah berapa jauh ia berjalan, namun tak seorangpun juga yang mendekatinya. Lapar dan Haus terus menyerangnya. Dadanya terasa sesak dengan nafas yang terengah-engah kelelahan yang amat sangat. Betapa lapar dan hausnya dia.
Akhirnya sampailah ia disebuah desa yang sunyi. Desa itu sedemikian gersangnya hingga sehelai rumputpun tak tumbuh lagi. Perempuan lacur itu memandang ke arah kejauhan. Matanya nanar melihat kepulan debu yang bertebaran di udara. Kepalanya sudah mulai terayun-ayun dibalut kesuraman wajahnya yang kuyu.
Dalam pandangan dan rasa hausnya yang sangat itu. Ia Melihat sebuah sumur di batas desa yang sepi. Sumur itu ditumbuhi rerumputan dan ilalang kering yang rusak di sana-sini. Pelacur itu berhenti di pinggirnya sambil menyandarkan tubuhnya yang sangat letih. rasa hauslah yang membawa ia ke tepi sumur tua itu.
Sesaat ia menjengukan kepalanya ke dalam sumur tua itu. Tak tampak apa-apa, hanya sekilas air memantul dari permukaanya. Mukanya tampak menyemburat senang, namun bagaimana harus mengambil air sepercik dari dalam sumur yang curam?
Perempuan itu kembali terduduk. Tiba-tiba ia melepaskan stagenya yang mengikat perutnya, lalu dibuka sebelah sepatunya. Sepatu itu diikatnya dengan stagen, lalu di julurkanya ke dalam sumur. Ia mencoba mengais air yang hanya tersisa sedikit itu dengan sepatu kumalnya. betapa hausnya ia, betapa dahaganya ia.
Air yang tersisa sedikit dalam sumur itu pun tercabik, lalu ia menarik stagen perlahan-lahan agar tidak tumpah, namun tiba-tiba ia merasakan kain bajunya ditarik-tarik dari belakang.
Ketika dia menoleh, di lihatnya seekor anjing dengan lidahnya terjulur ingin meloncat masuk kedalam sumur itu. Sang pelacur pun tertegun melihat anjing yang sangat kehausan itu, sementara tenggorokannya sendiri serasa terbakar karena dahaga yang sangat.
Sepercik air kotor itu sudah ada di dalam sepatunya. kemudian dia akan meneguknya, Anjing itu mengibas-ngibaskan ekornya sambil merintih.
Pelacur itupun mengurungkan niatnya untuk mereguk air itu. Dielusnya kepala hewan itu dengan penuh kasih. Si Anjing memandangi air yang berada di dalam sepatu, lalu perempuan itu meregukan air hanya sedikit ke dalam mulut sang anjing, dan perempuan itu pun seketika terkulai roboh sambil tangannya memegang sepatu.
Melihat perempuan itu tergeletak tak bernafas lagi, sang Anjing menjilat-jilat wajahnya, seolah menyesal telah mereguk air yang semula akan direguk perempuan itu. Pelacur itu benar-benar meninggal.
Pelacur Masuk Surga karena Ikhlas Menolong Anjing
Para malaikatpun turun kebumi menyaksikan jasad sang pelacur. Malaikat Raqib dan Atib sibuk mencatat-catat, sementara malaikat Malik dan Ridwan saling berebut. malik, si penjaga neraka sangat ingin membawa perempuan pelacur itu ke neraka.
Sementara Ridwan, si penjaga Syurga, mencoba mempertahankanya. Ia ingin membawa pelacur itu ke syurga. Akhirnya persoalan itu mereka hadapkan kepada ALLAH SWT. "Ya Allah, sudah semestinya pelacur itu mendapat siksaan di neraka, karena sepanjang hidupnya menentang larangan Mu. " kata Malik.
"Tidak ! " bantah Ridwan. Kemudian Ridwan berkata kepada Allah, " Ya Allah, bukankah hambaMu si pelacur itu termasuk seorang wanita yang ikhlas melepaskan nyawanya daripada melepaskan nyawa Anjing yang kehausan, sementara ia sendiri melepaskan kehausan yang amat sangat?"
Mendengar perkataan Ridwan, Allah lalu berfirman, " Kau benar, wahai Ridwan, wanita itu telah menebus dosa-dosanya dengan mengorbankan nyawanya demi makhlukKu yang lain. Bawalah ia ke syurga, Aku meridhoinya.."
Seketika malaikat Malik kaget dan terpana mendengar Firman Allah itu, sementara malaikat Ridwan merasa Gembira. Ia pun membawa hamba Allah itu memasuki surga. lalu Bergemalah suara takbir, para malaikat berbaris memberi hormat kepada wanita, sang hamba Allah yang ikhlas itu

Ciri-ciri dan 20 Perilaku Istri Durhaka *(2)



11. Menerima Tamu Laki-laki Yang Tidak Disukai Suami. Dalam sebuah Hadits, Rasulullah telah menegaskan bahwa seorang istri diwajibkan memenuhi hak-hak suaminya. Diantaranya yaitu : a. Tidak mempersilakan siapapun yang tidak disenangi suaminya untuk menjamah tempat tidurnya. b. Tidak mengizinkan tamu masuk bila yang bersangkutan tidak disukai oleh suaminya. (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi, Hadits hasan shahih).
12. Tidak Menolak Jamahan Lelaki Lain. ".... maka wanita-wanita yang shalih itu ialah yang taat lagi memelihara (dirinya dan harta suaminya) dikala suaminya tidak ada sebagaimana Allah telah memeliharanya..." (QS. An-Nisaa' (4) ayat 34) Rasulullah menjelaskan bahwa seorang istri yang membiarkan dirinya dijamah lelaki lain boleh diceraikan. Hal itu menunjukan bahwa perbuatan istri tersebut adalah durhaka terhadap suaminya.
13. Tidak Mau merawat Ketika Suami Sakit. Bila seorang istri menolak merawat suami yang sakit dengan alasan sibuk kerja atau tidak ada waktu karena merawat anak, maka ia telah melakukan tindakan yang tidak benar.
14. Puasa Sunnah Tanpa Izin Saat Suami Di Rumah. Dari Abu Harairah, bahwa Rasulullah saw. bersabda: " Seorang istri tidak halal berpuasa ketika suami ada di rumah tanpa izinnya." (HR. Bukhari dan Muslim).
15. Menceritakan Seluk Beluk Fisik Wanita Lain Kepada Suami. Dari Ibnu Mas'ud, ujarnya : Rasulullah saw. bersabda: "Seorang wanita tidak boleh bergaul dengan wanita lain, kemudian menceritakan kepada suaminya keadaan wanita itu, sehingga suaminya seolah-olah melihat keadaan wanita tersebut." (HR. Bukhari dan Muslim).
16. Menolak Kedatangan Suami Bergilir Kepadanya. Seorang istri yang dimadu, tetap mempunyai kewajiban untuk mentaati perintahnya, menyenangkan hatinya, berbhakti dan selalu berperilaku baik kepada suaminya ketika ia datang bergilir.
17. Mentaati Perintah Orang Lain Di Rumah Suaminya.
18. Menyuruh Suami Menceraikan Madunya.
19. Minta Cerai Tanpa Alasan Yang Sah.
20. Mengambil Harta Suami Tanpa Izinnya.
Semoga ini menjadikan pelajaran dan dijadikan penambahan ilmu untuk perbaikan menjalani hidup.
Bagikan Artikel ini kepada temanmu dengan meng-klik 'bagikan'/'share', semoga Dicatat Sebagai amal jariah / Ilmu yang bermanfaat yang disampaikannya kepada orang lain.
Semoga Allah membalas sekecil apapun amal baik kalian...

BACA MULAI DARI AWAL 1 (KLIK)

Ciri-ciri dan 20 Perilaku Istri Durhaka

Ciri-ciri dan 20 Perilaku Istri Durhaka



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh... Bismilahirrahmanirrahim 20 Perilaku Durhaka Istri Terhadap Suami Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab perilaku durhaka istri terhadap suami, antara lain : Kedudukan sosial istri lebih lebih tinggi daripada kedudukan suami, Istri lebih kaya dari suami, Istri lebih pandai dari suami, Watak istri lebih keras dari suami, Istri berasal dari lingkungan budaya yang menempatkan perempuan lebiih berkuasa daripada suami, Istri tidak mengerti tuntunan agama yang menempatkan istri dan suami pada ketentuan yang sebenarnya.
Adapun 20 perilaku durhaka istri terhadap suami adalah sebagai berikut :

1. Mengabaikan Wewenang Suami. Di dalam rumah tangga, istri adalah orang yang berada di bawah perintah suami. Istri bertugas melaksanakan perintah-perintah suami yang berlaku dalam rumah tangganya. Rasulullah menggambarkan seandainya seorang suami memerintahkan suatu pekerjaan berupa memindahkan bukit merah ke bukit putih atau sebaliknya, maka tiada pilihan bagi istrinya selain melaksanakan perintah suaminya.
2. Menentang Perintah Suami. Di dalam rumah tangga, perintah yang harus dilaksanakan istri adalah perintah suami. Begitu juga larangan yang harus dilaksanakan istri adalah larangan suaminya. Sabda Rasulullah : " Tidaklah seorang perempuan menunaikan hak Tuhannya sehingga ia menunaikan hak suaminya". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) Hadits tersebut tidak serta merta menempatkan kedudukan suami sederaja dengan Tuhan, tetapi hanya menerangkan bahwa jika hak suami untuk ditaati isstrinya yang sesuai dengan ketentuan Allah itu dilanggar oleh istrinya, ini berarti sama dengan istri melanggar perintah Allah SWT.
3. Enggan Memenuhi Kebutuhan Seksual Suami. Perkawinan diatur oleh syari'at Islam untuk memberikan jalan yang halal bagi suami dan istri untuk melakukan hubungan seksual atau penyaluran dorongan biologis. Dengan demikian manusia dapat melakukan regenerasi keturunan dengan cara yang diridlai Allah SWT. Karena itu, Islam menegaskan bahwasanya istri yang menolak ajakan suaminya berarti membuka pintu laknat terhadap dirinya.
4. Tidak Mau menemani Suami Tidur. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda : " ... Bila seorang istri semalaman tidur terpisah dari ranjang suaminya, maka malaikat melaknatnya sampai Shubuh." Bila istri ingin tidur sendiri, sedang suaminya berada di rumah pada malam harinya, maka ia harus meminta ijin terlebih dahulu pada suaminya.
5. Memberatkan Beban Belanja Suami. Allah SWT telah menegaskan bahwa setiap suami bertanggung jawab memberi nafkah istrinya sesuai dengan kemampuan. Istri yang menyadari bahwa suaminya miskin tidak dibenarkan menuntut belanja dari suaminya hanya mempertimbangkan kebutuhannya sendiri sehingga memberatkan suaminya.
6. Tidak Mau Bersolek Untuk Suaminya. Para istri diperintahkan untuk berkhidmat pada suaminya, termasuk mengurus dirinya sendiri dengan berhias dan berdandan sehingga dapat menyenangkan hati suaminya dan menimbulkan gairah dalam hidup bersama dirinya.
7. Merusak kehidupan Agama Suami. Istri diperintahkan untuk membantu suaminya dalam menegakkan kehidupan beragama, sedangkan suami diperintahkan untuk membimbing istri menjalankan agamanya dengan baik. Karena itu, kalau istri tidak mau membatu suami menegakkan agama, apalagi merusak iman dan akhlak agama suami, sudah tentu ia menjerumuskan suaminya ke dalam neraka.
8. Mengenyampingkan Kepentingan Suami Dari Aisyah ra, ujarnya : saya bertanya kepada Rasulullah SAW . : " Siapakah orang yang mempunyai hak paling besar terhadap seorang wanita?" Sabdanya : " Suaminya". Saya bertanya : " Siapakah orang yang paling besar haknya terhadap seorang lelaki. " Jawabnya : "Ibunya". (HR.Bazaar dan Hakim; Hadits hasan) Jelaslah Hadits di atas bahwa kepentingan suami harus lebih didahulukan oleh seorang istri daripada kepentingan ibu kandungnya sesndiri.
9. Keluar Rumah Tanpa Izin Suami. Istri ditetapkan oleh Islam menjadi wakil suami dalam mengurus rumah tangga. Karena itu bilamana ia keluar meninggalkan rumah, maka dengan sendirinya ia harus lebih dulu mendapatkan izin suaminya. Bila ia tidak minta izin dan keluar rumah dengan kemauannya sendiri, maka ia telah melanggar kewajibannya terhadap suami, sedangkan melanggar kewajiban berarti durhaka terhadap suaminya.
10. Melarikan Diri Dari Rumah Suami Rasulullah saw bersabda : "Dua golongan yang sholatnya tidak bermanfaat bagi dirinya yaitu hamba yang melarikan diri dari rumah tuannya sampai ia pulang; dan istri yang melarikan diri dari rumah suaminya sampai ia kembali." (HR. Hakim, dari Ibnu 'Umar).

SELANJUTNYA YANG KE 11 (KLIK)

ISTRI YANG MENYEJUKKAN HATI



Sebaris kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi seorang istri yang ingin menjadi perhiasan terindah dunia dan bidadarinya akhirat  yaitu wanita shalihah. Semoga melalui kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi seseorang yang mendambakan keluarga sakinah mawadah wa rahmah yang diridhai oleh Allah  ‘Azza wa jalla 

Ia menceritakan pengalamannya:
“Ketika aku menikahi Zainab binti Hudair aku berkata dalam hati: Aku telah menikah dengan seorang wanita Arab yang paling keras dan paling kaku tabiatnya. Aku teringat tabiat wanita-wanita bani Tamim dan kerasnya hati mereka. Aku berkeinginan untuk menceraikannya. Kemudian aku berkata (dalam hati): “Aku pergauli dulu (yaitu menikah dan berhubungan dengannya), jika aku dapati apa yang aku suka, aku tahan ia. Dan jika tidak, aku ceraikan ia.”
Kemudian datanglah wanita-wanita bani Tamim mengantarkannya. Dan setelah ditempatkan dalam rumah, aku berkata, “Wahai fulanah, sesungguhnya menurut sunnah apabila seorang wanita masuk menemui suaminya hendaklah si suami shalat dua rakaat dan si istri juga shalat dua rakaat.”
Akupun bangkit mengerjakan shalat kemudian aku menoleh ke belakang ternyata ia ikut shalat di belakangku. Seusai shalat para budak-budak wanita pengiringnya datang dan mengambil pakaianku dan memakaikan padaku pakaian tidur yang telah dicelup dengan za’faran.
Dan tatkala rumah sudah kosong, aku mendekatinya dan aku ulurkan tanganku kepadanya. Ia berkata, “Tahan dulu (sabar dulu).”
Aku berkata dalam hati, “Satu malapetaka telah menimpa diriku.” (yakni musibah telah menimpa dirinya)
Lalu ia memuji Allah kemudian memanjatkan shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Aku adalah seorang wanita Arab. Demi Allah, aku tidak pernah melangkah kecuali kepada perkara yang diridhai Allah. Dan engkau adalah lelaki asing, aku tidak mengenali perilakumu (yakni aku belum mengenal tabiatmu).
Beritahulah kepadaku apa saja yang engkau suka hingga aku akan melakukannya dan apa saja yang engkau benci hingga aku bisa menghindarinya.”
Aku berkata kepadanya, “Aku suka begini dan begini (Syuraih menyebutkan satu persatu perkataan, perbuatan, makanan dan segala sesuatu yang disukainya) dan aku benci begini dan begini (Syuraih menyebutkan semua perkara yang ia benci).”
Ia berkata lagi, “Beritahukan kepadaku siapa saja anggota keluargaku yang engkau suka bila ia mengunjungimu?”
Aku (Syuraih) berkata, “Aku adalah seorang qadhi, aku tidak suka mereka (anggota keluargamu) membuatku bosan.”
Maka akupun melewati malam yang paling indah, dan aku tidur tiga malam bersamanya. Kemudian aku keluar menuju majelis qadha’, dan aku tidak melewati satu hari melainkan hari itu lebih baik daripada hari sebelumnya.
Tibalah waktu kunjungan mertua.
Yaitu genap satu tahun (setelah berumah tangga).
Aku masuk ke dalam rumahku. Aku dapati seorang wanita tua sedang menyuruh dan melarang.
Aku bertanya, “Hai Zainab, siapakah wanita ini?”
Istriku menjawab, “Ia adalah ibuku.”
“Marhaban”, sahutku.
Ia (ibu mertua) berkata, “Bagaimana keadaanmu hai Abu Umayyah?”
Alhamdulillah baik-baik saja”, jawabku.
“Bagaimana keadaan istrimu?” Tanyanya.
Aku menjawab, “Istri yang paling baik dan teman yang paling cocok. Ia mendidik dengan baik dan membimbing adab dengan baik pula.”
Ia berkata, “Sesungguhnya seorang wanita tidak akan terlihat dalam kondisi yang paling buruk tabiatnya kecuali pada dua keadaan: Apabila sudah punya kedudukan di sisi suaminya dan apabila telah melahirkan anak. Apabila engkau melihat sesuatu yang tak mengenakkan padanya pukul saja. Karena, tidaklah kaum lelaki memperoleh sesuatu yang lebih buruk dalam rumahnya selain wanita warhaa’ (yaitu wanita yang tidak punya kepandaian dalam melakukan tugasnya).
Syuraih berkata, “Ibu mertuaku datang setiap tahun sekali kemudian ia pergi sesudah bertanya kepadaku tentang apa yang engkau sukai dari kunjungan keluarga istrimu ke rumahmu?”
Aku menjawab pertanyaannya, “Sekehendak mereka!” Yaitu sesuka mereka saja.
Aku hidup bersamanya selama dua puluh tahun, aku tidak pernah sekalipun mencelanya dan aku tidak pernah marah terhadapnya.”
Dikutip dari buku Agar Suami Cemburu Padamu karya Dr. Najla’ As-Sayyid Nayil, penerbit Pustaka At-Tibyan

Tanda-Tanda Kematian Khusnul Khatimah


Mati khusnul khotimah atau akhir hidup dengan baik merupakan puncak tertinggi dari pendakian cita-cita seorang insan pribadi muslim. Bahkan secara lebih spesifik cara mati demikian ditunjukkan atau ditandai dengan mengucapkaan kalimat tauhid, yaitu pengakuan tidak ada tuhan melainkan Allah swt pada hembusan nafas terakhirnya. Setiap hamba Allah yang berusaha meneladani kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya tentu sangat mengharapkan akhir kesudahan yang baik. Allah telah menetapkan tanda-tandanya. Diantara tanda-tanda husnul khatimah itu adalah:
Pertama, mengucapkan kalimah syahadat ketika wafat
Rasulullah bersabda :“Barangsiapa yang pada akhir kalimatnya mengucapkan “La ilaaha illallah” maka ia dimasukkan kedalam surga” (HR. Hakim)
kedua, ketika wafat dahinya berkeringat
Ini berdasarkan hadits dari Buraidah Ibnul Khasib adalah Buraidah dahulu ketika di Khurasan, menengok saudaranya yang tengah sakit, namun didapatinya ia telah wafat, dan terlihat pada jidatnya berkeringat, kemudian ia berkata,”Allahu Akbar, sungguh aku telah mendengar Rasulullah bersabda: Matinya seorang mukmin adalah dengan berkeringat dahinya” (HR. Ahmad, AN-Nasai, at-Tirmidzi, Ibnu MAjah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan ath-Thayalusi dari Abdullah bin Mas’ud)
ketiga, wafat pada malam jum’at
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah “Tidaklah seorang muslim yang wafat pada hari jum’at atau pada malam jum’at kecuali pastilah Allah menghindarkannya dari siksa kubur” (HR. Ahmad)
keempat, mati syahid dalam medan perang
Mengenai hal ini Allah berfirman:
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup disisi Tuhan-Nya dengan mendapat rezeki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikanNya kepada mereka dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka bahwa tidak ada kekawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahal orang-orang yang beriman” (Ali Imraan:169-171). Adapun hadits-hadits Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang berkenaan dengan masalah ini sangat banyak dijumpai diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Rasulullah bersabda:
Bagi orang yang mati syahid ada 6 keistimewaan yaitu:
diampuni dosanya sejak mulai pertama darahnya mengucur, melihat tempatnya didalam surga, dilindungi dari adzab kubur, dan terjamin keamanannya dari malapetaka besar, merasakan kemanisan iman, dikawinkan dengan bidadari, dan diperkenankan memeberikan syafa’at bagi 70 orang kerabatnya” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
2. Seorang sahabat Rasulullah berkata: “Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata: Wahai Rasulullah mengapa orang mukmin mengalami fitnah di kuburan mereka kecuali yang mati syahid? beliau menjawab: Cukuplah ia menghadapi gemerlapnya pedang di atas kepalanya sebagai fitnah”
(HR. an-Nasai)
catatan:
Dapatlah memperoleh mati syahid asalkan permintaannya benar-benar muncul dari lubuk hati dan penuh dengan keikhlasan, kendatipun ia tidak mendapatkan kesempatan mati syahid dalam peperangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah: “Barang siapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan menyampaikannya derajat para syuhada sekalipun ia mati diatas ranjangnya”(HR. Imam Muslim dan
al-Baihaqi)
kelima, mati dalam peperangan fisabilillah Ada dua hadist Rasulullah shalallahu alaihi wassalam:
1. Rasulullah bersabda: “Apa yang kalian kategorikan sebagai orang yang mati syahid diantara kalian? Mereka menjawab : Wahai Rasulullah yang kami anggap sebagai orang yang mati syahid adalah siapa saja yang mati terbunuh di jalan Allah. Beliau bersabda: Kalau begitu ummatku yang mati syahid sangatlah sedikit. Para sahabat kembali bertanya: Kalau begitu siapa sajakah dari mereka yang mati syahid wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Barangsiapa yang terbunuh di jalan Allah, yang mati sedang berjuang di jalan Allah, dan yang mati karena penyakit kolera, yang mati karena penyakit perut (yakni disebabkan penyakit yang menyerang perut seperti busung lapar, diare atau sejenisnya) maka dialah syahid dan orang-orang yang mati tenggelam dialah syahid” (HR. Muslim, Ahmad, dan al-Baihaqi)
2. Rasulullah bersabda: “Siapa saja yang keluar di jalan Allah lalu mati atau terbunuh maka ia adalah mati syahid. Atau yang dibanting oleh kuda atau untanya lalu mati atau digigit binatang beracun atau mati di atas ranjangnya dengan kematian apapun yang dikehendaki Allah, maka ia pun syahid dan baginya surga” (HR. Abu Daud,al-Hakim, dan al-Baihaqi)
keenam, mati disebabkan penyakit kolera.
Tentang ini banyak hadits Rasulullah meriwayatkannya diantaranya sebagai berikut:
1. Dari Hafshah binti Sirin bahwa Anas bin MAlik berkata:”Bagaimana Yahya bin Umrah mati? Aku jawab: “Karena terserang penyakit kolera” ia berkata:Rasulullah telah bersabda: penyakit kolera adalah penyebab mati syahid bagi setiap muslim” (HR. Bukhari, ath-Thayalusi dan Ahmad)
2. Aisyah bertanya kepada Rasulullah tentang penyakit kolera. Lalu beliau menjawab; “Adalah dahulunya penyakit kolera merupakan adzab yang Allah timpakan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya kemudian Dia jadikan sebagai rahmat bagi kaum mukmin. Maka tidaklah seorang hamba yang dilanda wabah kolera lalu ia menetap di kampungnya dengan penuh kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah tetapkan baginya pahala orang yang mati syahid” (HR. Bukhari, al-Baihaqi dan Ahmad)
kedelapan, mati karena tenggelam.
kesembilan, mati karena tertimpa reruntuhan/tanah longsor.
Dalil dari 2 point diatas adalah berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam: “Para syuhada itu ada lima; orang yang mati karena wabah kolera, karena sakit perut, tenggelam, tertimpa reruntuhan bangunan, dan syahid berperang dijalan Allah” (HR.Imam Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, dan Ahmad)
kesepuluh, perempuan yang meninggal karena melahirkan.
Ini berdasarkan hadits yang diberitakan dari Ubadah ibnush Shamit radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menjenguk Abdullah bin Rawahah yang tidak bisa beranjak dari pembaringannya, kemudian beliau bertanya : “Tahukah kalian siapa syuhada dari ummatku? orang-orang yang ada menjawab: Muslim yang mati terbunuh” beliau bersabda: Kalau hanya itu para syuhada dari ummatku hanya sedikit. Muslim yang mati terbunuh adalah syahid, dan mati karena penyakit kolera adalah syahid, begitu pula perempuan yang mati karena bersalin adalah syahid (anaknya yang akan menariknya dengan tali pusarnya kesurga)” (HR. Ahmad, Darimi, dan ath-Thayalusi) menurut Imam Ahmad ada periwayatan seperti itu melalui jalur sanad lain dalam Musnad-nya.
kesebelas, mati terbakar.
keduabelas, mati karena penyakit busung perut.
Tentang kedua hal ini banyak sekali riwayat, dan yang paling masyhur adalah dari Jabir bin Atik secara
marfu’: “Para syuhada ada 7: mati terbunuh dijalan Allah, karena penyakit kolera adalah syahid, mati tenggelam adalah syahid, karena busung lapar adalah syahid, karena penyakit perut keracunan adalah syahid, karena terbakar adalah syahid, dan yang mati karena tertimpa reruntuhan(bangunan atau tanah longsor) adalah syahid, serta wanita yang mati pada saat mengandung adalah syahid” (HR. Imam Malik, Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu MAjah dan Ahmad)
Ketigabelas, mati karena penyakit Tubercolosis (TBC).
Ini berdasarakan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam: “Mati dijalan Allah adalah syahid, dan perempuan yang mati ketika tengah melahirkan adalah syahid, mati karena terbakar adalah syahid, mati karena tenggelam adalah syahid, mati karena penyakit TBC adalah syahid, dan mati karena penyakit perut adalah
syahid” (HR.Thabrani)
keempatbelas, mati karena mempertahankan harta dari perampok.
Dalam hal ini banyak sekali haditsnya, diantaranya sebagai berikut:
1. “Barangsiapa yang mati karena mempertahankan hartanya (dalam riwayat lain; Barang siapa menuntut hartanya yang dirampas lalu ia terbunuh) adalah syahid” (HR. Bukhari, Muslim, Abu DAud, an-Nasa’i, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
2. Abu Hurairah berkata, seorang laki-laki datang kepada Nabi seraya berkata: “Ya, Rasulullah, beritahukanlah kepadaku bagaimana bila ada seseorang yang datang dan akan merampas hartaku” beliau menjawab: ‘jangan engkau berikan’ Ia bertanya; bagaimana kalau ia membunuhku?
Beliau menjawab; Engkau mati syahid. Orang itu bertanya kembali, Bagaimana kalau aku yang membunuhnya?
beliau menjawab; ia masuk neraka” (HR. Imam Muslim, an-Nasa’i dan Ahmad)
3. Mukhariq berkata, seorang laki-laki datang kepada Nabi dan berkata :
“Ada seorang laki-laki hendak merampas hartaku, beliau bersabda: Ingatkan dia akan Allah. Orang itu bertanya: bila tetap saja tak mau berdzikir? beliau menjawab:
Mintalah tolong orang di sekitarmu dalam mengatasinya.Orang itu bertanya lagi : Bila tidak saya dapati di sekitarku seorangpun? Beliau menjawab: Serahkan dan minta tolonglah kepada penguasa. Ia bertanya: Bila penguasa itu jauh tempatnya dariku? Beliau bersabda: berkelahilah dalam membela hartamu hingga kau mati dan menjadi syahid atau mencegah hartamu dirampas” (HR. An-Nasa’i, dan Ahmad)
kelima belas dan keenam belas, mati dalam membela agama dan jiwa.
Dalam hal ini ada dua riwayat hadits sebagai berikut:
1. “Barangsiapa mati terbunuh dalam membela hartanya maka ia mati syahid, dan siapa saja yang mati dalam membela keluarganya maka ia mati syahid, dan barang siapa yang mati dalam rangka membela agama (keyakinannya) maka ia mati syahid, dan siapa saja yang mati mempertahankan darah (jiwanya) maka ia syahid” (HR. Abu Daud, an-Nasa’i, at-tirmidzi, dan Ahmad)
2. “Barangsiapa mati dalam rangka menuntut haknya maka ia mati syahid” (HR. An-Nasa’i)
ketujuhbelas, mati dalam berjaga-jaga (waspada) dijalan Allah.
Dalam hal ini ada dua hadits dari Rasulullah shalallahu alaihi wasslam :
1. “Berjaga-jaga (waspada) dijalan Allah sehari semalam adalah lebih baik daripada berpuasa selama sebulan dengan mendirikan (shalat) pada malam harinya. Apabila ia mati, maka mengalirkan pahala amalannya yang dahulu dilakukannya dan juga rezekinya serta aman dari siksa kubur(fitnah kubur)” (HR. Imam Muslim, an-Nasa’i, Tirmidzi, Hakim dan Ahmad)
2. “Setiap orang yang meninggal akan disudahi amalannya kecuali orang yang mati dalam berjaga-jaga di jalan Allah, maka amalannya dikembangkan hingga tiba hari kiamat nanti serta terjaga dari fitnah kubur” (HR. ABu Daud, Tirmidzi, Hakim, dan Ahmad)
kedelapan belas, orang yang meninggal pada saat mengerjakan amal shaleh.
Ini berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam“Barangsiapa mengucapkan ‘laa ilaaha illallah’ dengan berharap akan keridhaan Allah, dan di akhir hidupnya mengucapkannya, maka ia akan masuk surga. Dan, barangsiapa yang berpuasa sehari mengharap keridhaan Allah kemudian mengakhiri hidupnya dengannya (puasa), maka ia masuk surga. Dan barangsiapa bersedekah mencari ridha Allah dan menyudahinya dengan (sedekah) maka ia akan masuk surga” (HR. Ahmad). Mudah-mudahan Allah menjadikan akhir hidup kita husnul khatimah dan memasukkannya dalam golongan orang-orang yang mati syahid amin. (akhwatmuslimah)

33 TAHUN "HANYA" DAPAT 8 HAL


 
33 TAHUN "HANYA" DAPAT 8 HAL

⊙Suatu hari, Imam Syaqiq Al Balkhi bertanya kepada muridnya yang bernama
Hatim Al Ashom :

■Imam syaqiq : "Sudah berapa lama engkau menuntut ilmu dariku?".

●"Sudah 33 tahun", jawab Hatim.

■"Apa yang telah kau pelajari, selama 33 th ini?", tanya Imam Syaqiq.

●"Hanya 8 hal ", jawab Hatim.

■" Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'uun !
Kuhabiskan umurku untuk mendidikmu,
namun kau hanya mempelajari 8 hal dariku?", Ucap Imam Syaqiq heran.

●"Benar Yaa Syeikh, aku hanya mempelajari 8 hal saja,
aku tidak mau mendustai anda", jawab Hatim.

■"Coba sebutkan 8 hal yang telah kau pelajari itu ! ". pinta Imam Syaqiq.

●Hatim Al Ashom pun berkata :

♥Pertama :
"Kulihat setiap manusia memiliki seorang kekasih.
Ketika dia mati, kekasihnya ikut mengantarkannya hingga ke kuburan, lalu meninggalkannya sendirian di sana.

○Maka,
Aku lebih memilih amal kebajikan sebagai kekasihku,
Sehingga ketika nanti Aku masuk liang kubur, amalku akan ikut bersamaku".

♥Kedua :
"Aku merenungkan Wahyu Alloh SWT :
"Dan Adapun orang2 yang takut kepada Kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka surga lah yang akan menjadi tempat tinggalnya".
(QS. An Naazi'aat,79:40-41).

○Aku sadar,
Bahwa Firman Alloh pasti lah benar,
Maka Aku pun berjuang untuk melawan keinginan nafsuku, hingga nafsuku tunduk kepada Alloh SWT ".

♥Ketiga :
"Ku perhatikan manusia selalu memulyakan dan menyimpan harta benda berharga yang mereka miliki, lalu Kupelajari Firman Alloh swt :
"Apa yang ada disisimu akan lenyap, dan apa yang ada disisi Alloh akan kekal". (QS. An Nahl,16:96).

○Maka setiap kali Aku memperoleh sesuatu yg berharga,
Aku pun menyedekahkannya dijalan Alloh swt, agar hartaku selalu tetap terjaga di sisi-Nya".

♥Keempat :
"Aku melihat setiap manusia mengejar harta, kedudukan, kehormatan dan kemulyaan nasab.
Namun setelah aku mempelajarinya, ternyata semua itu tidak ada apa2nya, saat Aku membaca Wahyu Alloh swt :
"Sesungguhnya, orang yg paling mulia disisi Alloh, adalah orang yg paling bertaqwa (kepada Alloh) di antara kalian".
(QS. Al Hujuroot,49:13).

○Karena itulah,
Aku pun beramal utk mewujudkan Taqwa, agar Aku memperoleh kedudukan yang Mulia di sisi Alloh SWT.

♥Kelima :
"Aku melihat manusia saling mencela dan melaknat, dan sumber semua itu adalah hasad (kedengkian). Lalu aku mempelajari Wahyu Alloh SWT :
"Kami telah membagikan utk penghidupan mereka di alam dunia".
(QS. Az Zukhruf,43:32).

○Akupun sadar,
Bahwa semuanya telah dibagi oleh Alloh swt.
Maka aku tinggalkan sifat Hasad (dengki), kujauhi manusia, dan aku tidak bermusuhan dengan seorang pun".

♥Keenam :
"Kulihat manusia saling menganiaya dan saling membunuh, padahal Alloh SWT berfirman :
"Sesungguhnya syeitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh(mu)".
(QS. Al Fathir,35:6).

○Oleh sebab itu,
Kutinggalkan permusuhan dengan manusia dan Kujadikan Syeitan sebagai satu2nya musuhku.
Aku selalu mewaspadainya dengsn sekuat tenaga, sebab Alloh swt sendiri yg telah menjadikan Syeitan sebagai musuhku".

♥Ketujuh :
"Aku melihat setiap orang hanya demi sepotong roti (harta), mereka rela menghinakan diri mereka sendiri dengan melakukan hal2 yg diharamkan oleh Alloh swt. Lalu kuperhatikan Firman Alloh SWT :
"Dan tiada satupun binatang melata dibumi, melainkan Alloh telah menanggung rezeki nya".
(QS. Hud,11:6).

○Aku sadar,
Bahwa diriku adalah salah satu dari yang melata itu, dan Alloh swt telah menjamin Rezeki ku.
Oleh karena itu, kusibukkan diriku untuk menunaikan kewajiban yang telah di berikan oleh Alloh swt dan aku tidak pernah merisaukan sesuatu yang telah dijamin oleh Alloh swt untukku".

♥Kedelapan :
"Aku melihat semua org bergantung kepada Makhluq Alloh swt.
Ada yg bergantung kepada ladangnya,
bergantung kepada perniagaannya,
bergantung kepada pekerjaannya, dan
bergantung kepada kesehatan jasmaninya.
Akupun kembali kepada Firman Alloh :
"Dan barang siapa yg bertawakkal kepada Alloh, maka Alloh akan mencukupkan (segala keperluan) nya".
(QS. Ath Tholaaq,65:3).

○Oleh karena itulah,
Aku pun bertawakkal (bergantung) kepada Alloh swt yang Maha Perkasa dan Maha Agung, dan Alloh swt pun mencukupi semua kebutuhanku".

■Mendengar jawaban dari Hatim Al Ashom,
Imam Syaqiq Al Balkhi berkata :
"Wahai Hatim, semoga Alloh memberimu Taufiq.
Aku telah mempelajari Zabur, Taurot, Injil dan Al Qur'an.
Dan kutemukan bahwa semua jenis kebaikan dan ajaran Agama, berkisar pada 8 hal yang tadi telah kau sampaikan.
Barang siapa mengamalkan 8 hal tersebut.
Maka berarti, dia telah mengamalkan isi dari 4 kitab suci".

LALU........
♡Berapa lama kita menuntut ilmu?
♡Apa yang kita dapatkan?
♡Adakah pelajaran penting yang meresap kedalam hati kita dan selalu kita amalkan?
♡Atau semua itu hanya sekedar penghibur telinga kita?

Semoga Alloh SWT, memberi kita Taufiq dan Hidayah,
Sehingga kita dapat mengamalkan apa yang kita dengar, kita lihat dan kita baca.......

Amin